Badan Kesatuan Bangsa Kabupaten Deliserdang menyelenggarakan Festival Drama bertema Wawasan Kebangsaan Tingkat SLTA Se-Kabupaten Deliserdang. Kegiatan Festival tersebut dilaksanakan di Aula Akper Medistra, Lubukpakam pada hari Sabtu tanggal 2 Juli 2011.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa Deliserdang Drs H Eddy Azwar dalam kata sambutan pembukaan acara menyatakan bahwa salah satu krisis yang menimpa bangsa saat ini adalah krisis wawasan kebangsaan. Jati diri sebagai anak bangsa semakin goyah akibat dari dampak globalisasi dan persoalan yang melanda bangsa. Oleh karena itu melalui kegiatan seni budaya khususnya seni drama, para generasi muda khususnya pelajar dimotivasi dan diransang secara aktif untuk menumbuhkembangkan nilai nilai juang dan nilai nilai kebangsaan dan mentranformasikannya di lingkungan sekolah, rumah dan pada akhirnya di tengah-tengah masyarakat, Perbedaan jelas ada di antara anak bangsa. Namun dengan perbedaan itu memberikan warna dalam kehidupan berbangsa sebagaimana semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Di samping itu, Ketua Panitia Pelaksanaan Festival Drama Drs.Heady Habeahan mengemukaan bahwa Festival Drama bertema Wawasan Kebangsaan Tingkat SLTA Se-Kabupaten Deliserdang diselenggarakan dalam suasana menyemarakkan Hari Ulang Tahun ke-65 Kabupaten Deliserdang, yang jatuh pada tanggal 1 Juli 2011. Yang diikuti beberapa SLTA di Kabupaten Deliserdang, dengan naskah yang dipentaskan berjudul Rampak dan Rinten karya bersama Idris Siregar, M.Yunus Rangkuti dan M.Raudah Jambak.
Sementara itu M.Raudah Jambak selaku Ketua Tim Juri didampingi Idris Siregar dan M,Yunus Rangkuti mengemukakan bahwa secara umum penampilan para peserta Festival Drama sudah menunjukkan adanya semangat dan usaha dalam menginterpretasikan pesan-pesan yang terkandung dalam naskah drama. Potensi mereka dalam seni drama sudah memadai, tinggal pengembangan dan penyaluran minat berdrama yang patut dipikirkan ke depannya. Oleh karena itu pemenang sejati bukan semata pemenang dalam festival drama ini, melainkan mereka yang terus berkarya dan mengaktualisasikan jati dirinya.
Adapun pemenang dalam Festival Drama Bertema Wawasan Kebangsaan Tingkat SLTA Se-Kabupaten Deliserdang adalah Pemenang I SMK Negeri 1 Lubukpakam, Pemenang II SMA Negeri 1 Lubukpakam, Pemenang III SMA Negeri 2 Lubukpakam, Pemenang Harapan I SMA Harapan Bangsa Tanjungmorawa dan Pemenang Harapan II SMA Negeri 1 Galang. (jones gultom)
Selasa, 22 November 2011
Senin, 07 November 2011
Gelar Nasional Musikalisasi Puisi 2011
Sumut Juara Nasional
Medan, Batak Pos
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menjadi saksi keberhasilan tim Musikalisasi Puisi Sumatera Utara (Sumut) meraih juara pertama Gelar Nasional Musikalisasi 2011 yang berlangsung pada 25—27 Oktober lalu. Kegiatan Gelar Nasional Musikalisasi Puisi merupakan agenda rutin Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (dulu Pusat Bahasa) Jakarta. Pada kegiatan tersebut, Sumut diwakili tim Musikalisasi Puisi Sanggar Rumput Hijau SMA Negeri 2 Binjai. Sebelumnya, tim ini berhasil menjadi juara pada ajang Festival Musikalisasi Puisi ke-6 Tingkat SLTA se-Sumatera yang berlangsung di Palembang 4—6 Juli 2011.
“Ini hasil kerja keras dan upaya maksimal banyak pihak,” kata Hasan Al Banna, koordinator tim kepada wartawan. Di Bandara Polonia, tim Sumut disambut oleh Wakil Walikota Binjai, Timbas Tarigan, Kadis Pariwisata Kota Binjai, Kepala Sekolah dan staf pengajar SMA Negeri 2 Binjai.
Hasan mengatakan, secara teknis, selain digodok pelatih (Suryo Handoyo) dan Novianti, S.Pd (guru bahasa Indonesia), tim Sumut juga melibatkan beberapa rekan seniman yang lain. Tahan Perjuangan (praktisi musikalisasi puisi/dosen Etmusikologi USU), M. Raudah Jambak (sastrawan), A. Rahim Qahhar (sastrawan) dengan sukarela menyumbangkan pemikiran-pemikiran kritis terhadap penampilan tim Sumut. Dalam persiapan nonteknis, sinergi antara Balai Bahasa Medan dan SMA Negeri 2 juga berlangsung dengan baik.
“Beberapa bulan lalu, sanggar ini juga telah memproduksi album musikalisasi puisi bertajuk Puisi Cinta untuk Anakku. Selain itu, tim ini kerap naik panggung pertunjukan di beberapa kegiatan, baik di Binjai maupun di Medan. Semua ini merupakan bagian dari persiapan anak-anak,” ungkap Hasan terkait persiapan tim Sumut.
Hasan juga membeberkan bahwa tanggal 24 September 2011 lalu Sanggar Rumput Hijau SMA 2 Binjai sempat menggelar konser musikalisasi puisi bertajuk Lukisan Binjai di Taman Budaya Sumut. Menurut Hasan, proses ini secara tidak sadar semakin mematangkan penampilan tim, baik secara teknis, terlebih mental.
Pada Gelar Nsional Musikalisasi Puisi 2011, tim Sumut yang diawaki enam personil, yaitu Sepli Rodensia Sipayung, Dwi Sartika Rahmadani br. S, M. Arfan Fahmi, Qori Fajar Hermawan, T. Aulia Mufti Sani, dan M. Yudha Al Hakim menampilkan dua puisi. Puisi pertama yang tercatat sebagai puisi wajib berjudul “Sepisaupi” karya Sutardji Calzoum Bachri dan puisi kedua “Di Titi Gantung Kuasah Rindu” karya A. Rahim Qahhar. Puisi “Sepisaupi” dipoles dengan etnik Karo dan etnik Melayu Deli mewarnai puisi A. Rahim Qahhar.
Setelah fase penyisihan dan final berlangsung, dewan juri yang terdiri dari Sujiwo Tejo (seniman/budayawan), Ully Harry Rusady (penyanyi/pencipta lagu) dan Iman Soleh (penyair), memutuskan tim Musikalisai Puisi Sumut sebagai penampil terbaik pertama. Tim Sumut menyisihkan sepuluh kontestan lain, yakni provinsi Jawa Tengah (peringkat kedua), Sulawesi Tenggara (peringkat ketiga), Nanggroe Aceh Darussalam, DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Bali.
“Keberhasilan ini dapat melapangkan jalan bagi kesastraan melalui musikalisasi puisi merebut hati kawula muda. Idealnya, capaian peringkat bukan tujuan utama, tetapi bagaimana para siswa tertarik mengapresiasi sastra. Sebagai wujud apresiasi terhadap puisi, musikalisasi puisi diharapkan mampu menarik keinginan orang ramai mendalami sastra, khususnya kaum muda.”
“Pengaktualisasian puisi melalui musik dengan segala kemungkinannya dianggap sebagai cara yang lumayan ampuh menggiring siswa-siswa ke lingkungan puisi. Dengan demikian, musikalisasi puisi dapat menjadi salah satu media alternatif dalam pengembangan kreativitas siswa. Melalui musikalisasi puisi, siswa tidak hanya berpeluang dengan leluasa mengapresiasi puisi, tetapi juga berkesempatan lapang dalam mengapresiasi musik,” papar Hasan Al Banna.
(Release)/ MYR
Sumut Juara Nasional
Medan, Batak Pos
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menjadi saksi keberhasilan tim Musikalisasi Puisi Sumatera Utara (Sumut) meraih juara pertama Gelar Nasional Musikalisasi 2011 yang berlangsung pada 25—27 Oktober lalu. Kegiatan Gelar Nasional Musikalisasi Puisi merupakan agenda rutin Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (dulu Pusat Bahasa) Jakarta. Pada kegiatan tersebut, Sumut diwakili tim Musikalisasi Puisi Sanggar Rumput Hijau SMA Negeri 2 Binjai. Sebelumnya, tim ini berhasil menjadi juara pada ajang Festival Musikalisasi Puisi ke-6 Tingkat SLTA se-Sumatera yang berlangsung di Palembang 4—6 Juli 2011.
“Ini hasil kerja keras dan upaya maksimal banyak pihak,” kata Hasan Al Banna, koordinator tim kepada wartawan. Di Bandara Polonia, tim Sumut disambut oleh Wakil Walikota Binjai, Timbas Tarigan, Kadis Pariwisata Kota Binjai, Kepala Sekolah dan staf pengajar SMA Negeri 2 Binjai.
Hasan mengatakan, secara teknis, selain digodok pelatih (Suryo Handoyo) dan Novianti, S.Pd (guru bahasa Indonesia), tim Sumut juga melibatkan beberapa rekan seniman yang lain. Tahan Perjuangan (praktisi musikalisasi puisi/dosen Etmusikologi USU), M. Raudah Jambak (sastrawan), A. Rahim Qahhar (sastrawan) dengan sukarela menyumbangkan pemikiran-pemikiran kritis terhadap penampilan tim Sumut. Dalam persiapan nonteknis, sinergi antara Balai Bahasa Medan dan SMA Negeri 2 juga berlangsung dengan baik.
“Beberapa bulan lalu, sanggar ini juga telah memproduksi album musikalisasi puisi bertajuk Puisi Cinta untuk Anakku. Selain itu, tim ini kerap naik panggung pertunjukan di beberapa kegiatan, baik di Binjai maupun di Medan. Semua ini merupakan bagian dari persiapan anak-anak,” ungkap Hasan terkait persiapan tim Sumut.
Hasan juga membeberkan bahwa tanggal 24 September 2011 lalu Sanggar Rumput Hijau SMA 2 Binjai sempat menggelar konser musikalisasi puisi bertajuk Lukisan Binjai di Taman Budaya Sumut. Menurut Hasan, proses ini secara tidak sadar semakin mematangkan penampilan tim, baik secara teknis, terlebih mental.
Pada Gelar Nsional Musikalisasi Puisi 2011, tim Sumut yang diawaki enam personil, yaitu Sepli Rodensia Sipayung, Dwi Sartika Rahmadani br. S, M. Arfan Fahmi, Qori Fajar Hermawan, T. Aulia Mufti Sani, dan M. Yudha Al Hakim menampilkan dua puisi. Puisi pertama yang tercatat sebagai puisi wajib berjudul “Sepisaupi” karya Sutardji Calzoum Bachri dan puisi kedua “Di Titi Gantung Kuasah Rindu” karya A. Rahim Qahhar. Puisi “Sepisaupi” dipoles dengan etnik Karo dan etnik Melayu Deli mewarnai puisi A. Rahim Qahhar.
Setelah fase penyisihan dan final berlangsung, dewan juri yang terdiri dari Sujiwo Tejo (seniman/budayawan), Ully Harry Rusady (penyanyi/pencipta lagu) dan Iman Soleh (penyair), memutuskan tim Musikalisai Puisi Sumut sebagai penampil terbaik pertama. Tim Sumut menyisihkan sepuluh kontestan lain, yakni provinsi Jawa Tengah (peringkat kedua), Sulawesi Tenggara (peringkat ketiga), Nanggroe Aceh Darussalam, DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Bali.
“Keberhasilan ini dapat melapangkan jalan bagi kesastraan melalui musikalisasi puisi merebut hati kawula muda. Idealnya, capaian peringkat bukan tujuan utama, tetapi bagaimana para siswa tertarik mengapresiasi sastra. Sebagai wujud apresiasi terhadap puisi, musikalisasi puisi diharapkan mampu menarik keinginan orang ramai mendalami sastra, khususnya kaum muda.”
“Pengaktualisasian puisi melalui musik dengan segala kemungkinannya dianggap sebagai cara yang lumayan ampuh menggiring siswa-siswa ke lingkungan puisi. Dengan demikian, musikalisasi puisi dapat menjadi salah satu media alternatif dalam pengembangan kreativitas siswa. Melalui musikalisasi puisi, siswa tidak hanya berpeluang dengan leluasa mengapresiasi puisi, tetapi juga berkesempatan lapang dalam mengapresiasi musik,” papar Hasan Al Banna.
(Release)/ MYR
Rabu, 02 November 2011
PUISI
kuuntai kata demi kata jadi bebaris puisi
sekian waktu hari ke hari
menari ramai, menghati sepi
tersuruk di terik hari, terkantuk di dini hari
aku tak peduli
yang penting puisiku jadi
akupun kian tak peduli
jejariku kakunyeri
tenggorokanku digorok api
yang penting puisiku jadi
entah dinikmati
entah dihargai
entah dipeduli!
sekian waktu hari ke hari
menari ramai, menghati sepi
tersuruk di terik hari, terkantuk di dini hari
aku tak peduli
yang penting puisiku jadi
akupun kian tak peduli
jejariku kakunyeri
tenggorokanku digorok api
yang penting puisiku jadi
entah dinikmati
entah dihargai
entah dipeduli!
Wilayah Pesisir Pantai Timur Sumatera Utara
Strategis dalam Pertahanan Negara
Medan, Batak Pos
Wilayah pesisir sesungguhnya merupakan bagian dari pusat pertumbuhan ekonomi dunia. Sebagian besar kota-kota maju di dunia berada di wilayah pesisir. Ini membuktikan wilayah pesisir mempunyai nilai strategis dalam berbagai bidang. Termasuk dalam sistim pertahanan Negara
Wilayah pesisir Indonesia yang berada di daerah perbatasan masih merupakan wilayah isolasi geografi. Keterisolasian tersebut diperparah dengan tingkat kemiskinan masyarakat pada segi struktural, kultural, atau alamiah. Ironisnya, keterpurukan masyarakat pesisir seakan dibiarkan berlarut-larut. Program pembangunan infrastruktur masyarakat berjalan lambat dan tersendat. Padahal wilayah pesisir, khususnya yang berbatasan dengan Negara tetangga, sedemikian penting dan strategis.
Gubernur Sumatera Utara, H Gatot Pujo Nugroho, ST, menyatakan, Pembangunan di wilayah pesisir Pantai Timur Sumatera Utara (akan) mengedepankan pembangunan infrastruktur sosial budaya masyarakat. Pernyataan Gubsu tersebut disampaikan dalam acara Peluncuran Buku “Pertahanan Negara di Wilayah Pesisir” – Perspektif Pengembangan Wilayah, karya Dr Asren Nasution MA (Kadis Komimfo SU), di Garuda Plaza Hotel, Jalan Sisingamangaraja Medan, Rabu (19/10).
Acara peluncuran buku tersebut dihadiri Sekda Sumatera Utara Nurdin Lubis, SH, Kasdam I/Bukit Barisan, Brigjen TNI I Gede Sumertha, kalangan Pemerintahan SU, Ketua Komisi A DPRD Sumut, Ketua MUI Medan, Pemangku Adat Kesultanan Deli H Raja Muda, Tokoh Lintas Agama, Budayawan dan Seniman, Pimpinan Prenada Media Grup (penerbit – red), Pimpinan media cetak dan elektronik, Tokoh Masyarakat SU, Masyarakat Nelayan, dan lainnya.
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Medan, Prof Mohammad Hatta mengantar acara dengan menyampaikan perihal mengenai Dr Asren Nasution MA dalam kaitannya dengan penulisan buku tersebut. Kemudian dilangsungkan seremoni penyerahan cendera mata oleh penulisnya kepada Gubsu, Kasdam I/BB, Bapak Affipudin Lubis, dan lainnya.
Dalam kesempatan peluncuran buku tersebut, Prof Bachtiar Hasan Miraza (Guru Besar Ekonomi yang juga sebagai Promotor Asren Nasution untuk disertasinya menyelesaikan Program S-3 Studi Perencanaan Wilayah sekolah Pasca Sarjana USU) mengatakan, “Program pembangunan masyarakat di wilayah pesisir harus dapat meningkatkan derajat manusianya dan juga tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir.”
Dalam acara peluncuran buku tersebutdiisi penyampaian pandangan tentang isi buku oleh: Prof Dr Syahrin Harahap, Ketua Komisi A DPRD Sumut, Drs H Hasbullah Hadi, SH, M.Kn, Tokoh Pers, Drs Zaki Abdullah, Kasdam I/BB I Gede Sumentha, dan Ketua HNSI Sumut, Syah Afandi.
________________
Gelar Nasional Musikalisasi Puisi 2011
Sumut Juara Nasional
Medan, Batak Pos
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menjadi saksi keberhasilan tim Musikalisasi Puisi Sumatera Utara (Sumut) meraih juara pertama Gelar Nasional Musikalisasi 2011 yang berlangsung pada 25—27 Oktober lalu. Kegiatan Gelar Nasional Musikalisasi Puisi merupakan agenda rutin Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (dulu Pusat Bahasa) Jakarta. Pada kegiatan tersebut, Sumut diwakili tim Musikalisasi Puisi Sanggar Rumput Hijau SMA Negeri 2 Binjai. Sebelumnya, tim ini berhasil menjadi juara pada ajang Festival Musikalisasi Puisi ke-6 Tingkat SLTA se-Sumatera yang berlangsung di Palembang 4—6 Juli 2011.
“Ini hasil kerja keras dan upaya maksimal banyak pihak,” kata Hasan Al Banna, koordinator tim kepada wartawan. Di Bandara Polonia, tim Sumut disambut oleh Wakil Walikota Binjai, Timbas Tarigan, Kadis Pariwisata Kota Binjai, Kepala Sekolah dan staf pengajar SMA Negeri 2 Binjai.
Hasan mengatakan, secara teknis, selain digodok pelatih (Suryo Handoyo) dan Novianti, S.Pd (guru bahasa Indonesia), tim Sumut juga melibatkan beberapa rekan seniman yang lain. Tahan Perjuangan (praktisi musikalisasi puisi/dosen Etmusikologi USU), M. Raudah Jambak (sastrawan), A. Rahim Qahhar (sastrawan) dengan sukarela menyumbangkan pemikiran-pemikiran kritis terhadap penampilan tim Sumut. Dalam persiapan nonteknis, sinergi antara Balai Bahasa Medan dan SMA Negeri 2 juga berlangsung dengan baik.
“Beberapa bulan lalu, sanggar ini juga telah memproduksi album musikalisasi puisi bertajuk Puisi Cinta untuk Anakku. Selain itu, tim ini kerap naik panggung pertunjukan di beberapa kegiatan, baik di Binjai maupun di Medan. Semua ini merupakan bagian dari persiapan anak-anak,” ungkap Hasan terkait persiapan tim Sumut.
Hasan juga membeberkan bahwa tanggal 24 September 2011 lalu Sanggar Rumput Hijau SMA 2 Binjai sempat menggelar konser musikalisasi puisi bertajuk Lukisan Binjai di Taman Budaya Sumut. Menurut Hasan, proses ini secara tidak sadar semakin mematangkan penampilan tim, baik secara teknis, terlebih mental.
Pada Gelar Nsional Musikalisasi Puisi 2011, tim Sumut yang diawaki enam personil, yaitu Sepli Rodensia Sipayung, Dwi Sartika Rahmadani br. S, M. Arfan Fahmi, Qori Fajar Hermawan, T. Aulia Mufti Sani, dan M. Yudha Al Hakim menampilkan dua puisi. Puisi pertama yang tercatat sebagai puisi wajib berjudul “Sepisaupi” karya Sutardji Calzoum Bachri dan puisi kedua “Di Titi Gantung Kuasah Rindu” karya A. Rahim Qahhar. Puisi “Sepisaupi” dipoles dengan etnik Karo dan etnik Melayu Deli mewarnai puisi A. Rahim Qahhar.
Setelah fase penyisihan dan final berlangsung, dewan juri yang terdiri dari Sujiwo Tejo (seniman/budayawan), Ully Harry Rusady (penyanyi/pencipta lagu) dan Iman Soleh (penyair), memutuskan tim Musikalisai Puisi Sumut sebagai penampil terbaik pertama. Tim Sumut menyisihkan sepuluh kontestan lain, yakni provinsi Jawa Tengah (peringkat kedua), Sulawesi Tenggara (peringkat ketiga), Nanggroe Aceh Darussalam, DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Bali.
“Keberhasilan ini dapat melapangkan jalan bagi kesastraan melalui musikalisasi puisi merebut hati kawula muda. Idealnya, capaian peringkat bukan tujuan utama, tetapi bagaimana para siswa tertarik mengapresiasi sastra. Sebagai wujud apresiasi terhadap puisi, musikalisasi puisi diharapkan mampu menarik keinginan orang ramai mendalami sastra, khususnya kaum muda.”
“Pengaktualisasian puisi melalui musik dengan segala kemungkinannya dianggap sebagai cara yang lumayan ampuh menggiring siswa-siswa ke lingkungan puisi. Dengan demikian, musikalisasi puisi dapat menjadi salah satu media alternatif dalam pengembangan kreativitas siswa. Melalui musikalisasi puisi, siswa tidak hanya berpeluang dengan leluasa mengapresiasi puisi, tetapi juga berkesempatan lapang dalam mengapresiasi musik,” papar Hasan Al Banna.
(Release)
Strategis dalam Pertahanan Negara
Medan, Batak Pos
Wilayah pesisir sesungguhnya merupakan bagian dari pusat pertumbuhan ekonomi dunia. Sebagian besar kota-kota maju di dunia berada di wilayah pesisir. Ini membuktikan wilayah pesisir mempunyai nilai strategis dalam berbagai bidang. Termasuk dalam sistim pertahanan Negara
Wilayah pesisir Indonesia yang berada di daerah perbatasan masih merupakan wilayah isolasi geografi. Keterisolasian tersebut diperparah dengan tingkat kemiskinan masyarakat pada segi struktural, kultural, atau alamiah. Ironisnya, keterpurukan masyarakat pesisir seakan dibiarkan berlarut-larut. Program pembangunan infrastruktur masyarakat berjalan lambat dan tersendat. Padahal wilayah pesisir, khususnya yang berbatasan dengan Negara tetangga, sedemikian penting dan strategis.
Gubernur Sumatera Utara, H Gatot Pujo Nugroho, ST, menyatakan, Pembangunan di wilayah pesisir Pantai Timur Sumatera Utara (akan) mengedepankan pembangunan infrastruktur sosial budaya masyarakat. Pernyataan Gubsu tersebut disampaikan dalam acara Peluncuran Buku “Pertahanan Negara di Wilayah Pesisir” – Perspektif Pengembangan Wilayah, karya Dr Asren Nasution MA (Kadis Komimfo SU), di Garuda Plaza Hotel, Jalan Sisingamangaraja Medan, Rabu (19/10).
Acara peluncuran buku tersebut dihadiri Sekda Sumatera Utara Nurdin Lubis, SH, Kasdam I/Bukit Barisan, Brigjen TNI I Gede Sumertha, kalangan Pemerintahan SU, Ketua Komisi A DPRD Sumut, Ketua MUI Medan, Pemangku Adat Kesultanan Deli H Raja Muda, Tokoh Lintas Agama, Budayawan dan Seniman, Pimpinan Prenada Media Grup (penerbit – red), Pimpinan media cetak dan elektronik, Tokoh Masyarakat SU, Masyarakat Nelayan, dan lainnya.
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Medan, Prof Mohammad Hatta mengantar acara dengan menyampaikan perihal mengenai Dr Asren Nasution MA dalam kaitannya dengan penulisan buku tersebut. Kemudian dilangsungkan seremoni penyerahan cendera mata oleh penulisnya kepada Gubsu, Kasdam I/BB, Bapak Affipudin Lubis, dan lainnya.
Dalam kesempatan peluncuran buku tersebut, Prof Bachtiar Hasan Miraza (Guru Besar Ekonomi yang juga sebagai Promotor Asren Nasution untuk disertasinya menyelesaikan Program S-3 Studi Perencanaan Wilayah sekolah Pasca Sarjana USU) mengatakan, “Program pembangunan masyarakat di wilayah pesisir harus dapat meningkatkan derajat manusianya dan juga tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir.”
Dalam acara peluncuran buku tersebutdiisi penyampaian pandangan tentang isi buku oleh: Prof Dr Syahrin Harahap, Ketua Komisi A DPRD Sumut, Drs H Hasbullah Hadi, SH, M.Kn, Tokoh Pers, Drs Zaki Abdullah, Kasdam I/BB I Gede Sumentha, dan Ketua HNSI Sumut, Syah Afandi.
________________
Gelar Nasional Musikalisasi Puisi 2011
Sumut Juara Nasional
Medan, Batak Pos
Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menjadi saksi keberhasilan tim Musikalisasi Puisi Sumatera Utara (Sumut) meraih juara pertama Gelar Nasional Musikalisasi 2011 yang berlangsung pada 25—27 Oktober lalu. Kegiatan Gelar Nasional Musikalisasi Puisi merupakan agenda rutin Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (dulu Pusat Bahasa) Jakarta. Pada kegiatan tersebut, Sumut diwakili tim Musikalisasi Puisi Sanggar Rumput Hijau SMA Negeri 2 Binjai. Sebelumnya, tim ini berhasil menjadi juara pada ajang Festival Musikalisasi Puisi ke-6 Tingkat SLTA se-Sumatera yang berlangsung di Palembang 4—6 Juli 2011.
“Ini hasil kerja keras dan upaya maksimal banyak pihak,” kata Hasan Al Banna, koordinator tim kepada wartawan. Di Bandara Polonia, tim Sumut disambut oleh Wakil Walikota Binjai, Timbas Tarigan, Kadis Pariwisata Kota Binjai, Kepala Sekolah dan staf pengajar SMA Negeri 2 Binjai.
Hasan mengatakan, secara teknis, selain digodok pelatih (Suryo Handoyo) dan Novianti, S.Pd (guru bahasa Indonesia), tim Sumut juga melibatkan beberapa rekan seniman yang lain. Tahan Perjuangan (praktisi musikalisasi puisi/dosen Etmusikologi USU), M. Raudah Jambak (sastrawan), A. Rahim Qahhar (sastrawan) dengan sukarela menyumbangkan pemikiran-pemikiran kritis terhadap penampilan tim Sumut. Dalam persiapan nonteknis, sinergi antara Balai Bahasa Medan dan SMA Negeri 2 juga berlangsung dengan baik.
“Beberapa bulan lalu, sanggar ini juga telah memproduksi album musikalisasi puisi bertajuk Puisi Cinta untuk Anakku. Selain itu, tim ini kerap naik panggung pertunjukan di beberapa kegiatan, baik di Binjai maupun di Medan. Semua ini merupakan bagian dari persiapan anak-anak,” ungkap Hasan terkait persiapan tim Sumut.
Hasan juga membeberkan bahwa tanggal 24 September 2011 lalu Sanggar Rumput Hijau SMA 2 Binjai sempat menggelar konser musikalisasi puisi bertajuk Lukisan Binjai di Taman Budaya Sumut. Menurut Hasan, proses ini secara tidak sadar semakin mematangkan penampilan tim, baik secara teknis, terlebih mental.
Pada Gelar Nsional Musikalisasi Puisi 2011, tim Sumut yang diawaki enam personil, yaitu Sepli Rodensia Sipayung, Dwi Sartika Rahmadani br. S, M. Arfan Fahmi, Qori Fajar Hermawan, T. Aulia Mufti Sani, dan M. Yudha Al Hakim menampilkan dua puisi. Puisi pertama yang tercatat sebagai puisi wajib berjudul “Sepisaupi” karya Sutardji Calzoum Bachri dan puisi kedua “Di Titi Gantung Kuasah Rindu” karya A. Rahim Qahhar. Puisi “Sepisaupi” dipoles dengan etnik Karo dan etnik Melayu Deli mewarnai puisi A. Rahim Qahhar.
Setelah fase penyisihan dan final berlangsung, dewan juri yang terdiri dari Sujiwo Tejo (seniman/budayawan), Ully Harry Rusady (penyanyi/pencipta lagu) dan Iman Soleh (penyair), memutuskan tim Musikalisai Puisi Sumut sebagai penampil terbaik pertama. Tim Sumut menyisihkan sepuluh kontestan lain, yakni provinsi Jawa Tengah (peringkat kedua), Sulawesi Tenggara (peringkat ketiga), Nanggroe Aceh Darussalam, DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Bali.
“Keberhasilan ini dapat melapangkan jalan bagi kesastraan melalui musikalisasi puisi merebut hati kawula muda. Idealnya, capaian peringkat bukan tujuan utama, tetapi bagaimana para siswa tertarik mengapresiasi sastra. Sebagai wujud apresiasi terhadap puisi, musikalisasi puisi diharapkan mampu menarik keinginan orang ramai mendalami sastra, khususnya kaum muda.”
“Pengaktualisasian puisi melalui musik dengan segala kemungkinannya dianggap sebagai cara yang lumayan ampuh menggiring siswa-siswa ke lingkungan puisi. Dengan demikian, musikalisasi puisi dapat menjadi salah satu media alternatif dalam pengembangan kreativitas siswa. Melalui musikalisasi puisi, siswa tidak hanya berpeluang dengan leluasa mengapresiasi puisi, tetapi juga berkesempatan lapang dalam mengapresiasi musik,” papar Hasan Al Banna.
(Release)
Langganan:
Postingan (Atom)