Senin, 18 Maret 2013
SEMINAR OPERA BATAK
Dewasa ini sudah banyak generasi muda yang tidak mengenal apa itu Opera Batak. Terlebih pada mahasiswa selaku generasi penerus bangsa. Melihat fenomena itulah kami dari kelompok seminar sejarah yang diampu oleh Bapak Dr Phil Ichwan Azhari mengadakan seminar bertajuk Sejarah Perkembangan Opera Batak. Seminar yang dilangsungkan di Ruang Audio Visual Pendidikan Sejarah FIS UNIMED pada hari Sabtu, 16 Maret 2013, Pukul 09.00 wib. Seminar ini diketuai oleh Josrai Sibagariang dan Sekretaris Hetti Napitupulu.
Seminar ini menghadirkan pembicara-pembicara yang sangat berkompeten untuk mengulas tentang Opera Batak, seperti Bapak Manguji Nababan SS selaku Dosen di Universitas HKBP Nommensen Medan, Ojax Manalu selaku penggiat Opera Batak dan Jhon Fawer Siahaan yang pernah melakukan studi tentang Opera Batak dan ikut terlibat dalam beberapa pementasan Opera Batak. Acara seminar yang dibuka langsung oleh Direktur Pusat Ilmu Sejarah dan ilmu-ilmu social (PUSIS) Ichwan Azhari berjalan dengan lancar dengan antusias dari para peserta yang hadir 200 orang lebih yang membuat ruangan seminar tersebut padat.
Seminar ini diawali dengan pembicara pertama Jhon Fawer Siahaan, dimana dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwasannya Opera Batak lahir pada tahun 1920-an, dimana Opera Batak ini di prakarsai oleh Tilhang Gultom, seorang petani di daerah Sitamiang, Samosir. Namun pada tahun 1980-an Opera Batak mati suri akibat perkembangan dari media elektronik dan minimnya dukungan Pemerintah. Pada tahun 2002, Opera Batak direvitalisasi oleh Thompson Hs bersama Asosiasi Tradisi Lisan hingga terbentuknya PLOt.
Lebih lanjut Ojax Manalu menjelakan tentang motif bermain Opera Batak, perkembangan tata panggung dan artistik. Setiap unsur dalam opera batak membentuk variasi yang tidak berkaitan ( Diakron), Unsur – unsur seni dalam Opera Batak : Musik (Ansamble musik tradisional; Batak (Toba) dam sekarang mengarah kepada semua sub etnis Batak, Melayu, Jawa; Lagu - Lagu/Lagu, Tarian ( Tradisional dan Kreasi Batak Toba, Lima Puak, Melayu, Lakon Cerita (bersumber dari Folklor, silsilah, mitologi, social, Pendukung (pencak silat, layar, aksi saweran, komunikasi dengan penonton), Opera Batak berwatak populis (merakyat) sehingga dapat dinikmati oleh semua kalangan termasuk anak – anak.
Beda halnya apa yang dikemukakan Bapak Manguji Nababan selaku Direktur Pusat Dukumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommensen Medan. Menurut beliau bahwa Opera Batak adalah sarana penyuara kearifan lokal. Opera Batak cenderung terpinggirkan oleh masyarakat industri kapitalis. Padahal, Opera Batak sejatinya merupakan sarana alternative dalam menyuarakan kearifan local yang semestinya diperjuangkan eksistensinya. Opera Batak seperti kesenian sejenisnya memiliki nilai-nilai tradisi yang masih orisinil, abadi dan langgeng. Akan tetapi dalam proses kebudayaan yang dinamis maka sangat diperlukan semangat revitalisasi dalam usaha menancapkan kembali kesenian ini di tengah-tengah masyarakat. Tentu saja dalam praktiknya, kekuatan yang akan dibangun adalah ’rasa memiliki’ dari masyarakat pendukungnya.
Pada seminar kali ini yang moderatornya Berkat Panggabean dapat memancing antusias peserta untuk memberikan pertanyaan. Salah satunya adalah Jonatan Parhusip, menurut dian selama ini citra dari pemain Opera Batak itu negatif, namum hal itu dibantah oleh pembicara seminar. Hal itu terjadi adanya lembaga tertentu yang tidak senang dengan hadirnya Opera Batak. Dengan seminar ini pemahaman mahasiswa Sejarah semakin mengenal lebih dekat. Sebut saja Treboy Nababan dengan adanya seminar ini pemahamannya semakin bertambah tentang Opera Batak.
Pada seminar ini juga dihadiri Dosen FBS UNIMED, Muklis Hasbullah. Beliau sangat mengapresiasi adanya kegiatan ini. Menurut beliau kegiatan-kegiatan seperti ini perlu dilakukan secara kontiniu dan lebih lanjut juga perlu Opera Batak dihadirkan di Kampus UNIMED, sehingga dekat dengan mahasiswa. Lebih lanjut Ichwan Azhari dalam arahannya mengatakan sangat perlu juga dilakukan studi-studi ilmiah tentang Opera Batak, Beliau mengatakan meskipun lahir dan besar di Medan, baru setelah kuliah di Hamburg, Jerman mengetahui adanya Opera Batak.
Langganan:
Postingan (Atom)